Azhar, Zahra, Zalfa and Jihan

Azhar, Zahra, Zalfa and Jihan

Pesan

hanya dengan berusaha dan keyakinan dalam hati ..semua yang kita impikan akan terwujud ..percayalah!!

Wednesday, April 14, 2010

ATRIBUT PSIKOLOGI PESERTA DIDIK (Minat, Bakat dan Kecerdasan)


A.   Minat peserta Didik
Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan (Kamisa, 1997 : 370). Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock, 1995 : 144).
Dapat disimpulkan bahwa minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan.
Minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu: (Hurlock, 1995 : 117)
·         Aspek Kognitif
Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta dan berbagai jenis media massa.
·         Aspek Afektif
Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.
·         Aspek Psikomotor
Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat.  Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.
Macam-macam minat
Minat dibedakan menjadi 2 yaitu: (Witherington, 1999 : 26)
·         Minat primitive
Disebut pula minat biologis, yaitu minat yang berkisar soal makanan dan kebebasan aktifitas.
·         Minat cultural
Disebut juga minat sosial yaitu minat yang berasal dari perbuatan yang lebih tinggi tarafnya.
Kriteria Minat
Menurut Nursalam (2003), minat seseorang dapat digolongkan menjadi
·         Rendah, jika seseorang tidak menginginkan obyek minat
·         Sedang, jika seseorang menginginkan obyek minat akan tetapi tidak dalam waktu segera.
·         Tinggi, jika seseorang sangat menginginkan obyek minat dalam waktu segera.
Kondisi yang mempengaruhi minat
·         Status ekonomi
Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal yang semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka.
·         Pendidikan
Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan. Seperti yang dikutip Notoatmojo, 1997 dari L.W. Green mengatakan bahwa “Jika ada seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten atau lebih aman baginya”. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan akan mempengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan yang ada sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan mereka.
·         Tempat tinggal
Dimana orang tinggal banyak dipengaruhi oleh keinginan yang biasa mereka penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan atau tidak.
Faktor – faktor utama yang mempengaruhi minat seseorang (Yuwono, 2001 : 40)
·         Kondisi pekerjaan
Tempat kerja yang memiliki suasana yang menyenangkan dengan didukung oleh kerja sama yang profesional, saling bantu dapat meningkatkan produksi.
·         Sistem pendukung
Dalam bekerja sangat diperlukan sistem pendukung yang memadai bagi para pekerjanya sehingga diperoleh hasil produksi yang maksimal, misalnya fasilitas kendaraan, perlengkapan pekerjaan yang memadai, kesempatan promosi, kenaikan pangkat/kedudukan.
·         Pribadi pekerja
Semangat kerja, pandangan pekerja terhadap pekerjaannya, kebanggan memakai atribut bekerja, sikap terhadap pekerjaannya.
Cara menimbulkan minat
Minat dapat ditimbulkan dengan cara: (Effendi dan Praja, 1993 : 72)
·         Membangkitkan suatu kebutuhan.
·         Menghubungkan dengan pengalaman yang lampau.
·         Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang lebih baik.

B.   Bakat Peserta Didik
Apakah bakat itu? Untuk menjawab pertanyaan ini telah muncul bermacam-macam pendapat yang satu sama lain mempunyai perbedaan perbedaan. Menurut William B. Michael (Sumadi Suryabrata, 1991:168) bakat diartikan sebagai berikut.
“An aptitude may be defined as a person’s capacity, or nypothetical, for acquisition of a certain more or less well defined pattern or behavior involved in the performance of a task respect to which the individual has llad little or no previous training”
Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali atau tidak tergantung pada latihan sebelumnya.
Selanjutnya Bingham memberikan definisi bakat sebagai berikut:
“An aptitude…as a condition or set characteristics regarded as symptomatic of an individual’s ability to acquire with training some (usually specified) knowledge, skill or set of responses such us the ability to speak a language, to produce music, …etc (Sumadi Suryabrata, 1991: 168-169)
Dari definisi itu, Bingham menitikberatkan pada kondisi atau seperangkat sifat-sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima latihan, atau seperangkat respon seperti kemampuan berbahasa, musik dan sebagainya.
Guilford (Sumadi S., 1991:169) mengemukakan bahwa bakat itu mencakup 3 dimensi psikologis, yaitu: (1) dimensi perseptual, (2) dimensi psikomotor, dan (3) dimensi intelektual.
Menurut William B. Michael (Sumadi Suryabrata, 1991:168) bakat diartikan sebagai berikut.
“An aptitude may be defined as a person’s capacity, or nypothetical, for acquisition of a certain more or less well defined pattern or behavior involved in the performance of a task respect to which the individual has llad little or no previous trainin.
Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali atau tidak tergantung pada latihan sebelumnya.
Selanjutnya Bingham memberikan definisi bakat sebagai berikut:
“An aptitude…as a condition or set characteristics regarded as symptomatic of an individual’s ability to acquire with training some (usually specified) knowledge, skill or set of responses such us the ability to speak a language, to produce music, …etc (Sumadi Suryabrata, 1991: 168-169)
Dari definisi itu, Bingham menitikberatkan pada kondisi atau seperangkat sifat-sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima latihan, atau seperangkat respon seperti kemampuan berbahasa, musik dan sebagainya
Guilford (Sumadi S., 1991:169) mengemukakan bahwa bakat itu mencakup 3 dimensi psikologis, yaitu: (1) dimensi perseptual, (2) dimensi psikomotor, dan (3) dimensi intelektual:
·         Dimensi perseptual
Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, dan ini meliputi faktor-faktor antara lain:
1)      Kepekaan indera;
2)      Perhatian;
3)      Orientasi waktu;
4)      Luasnya daerah persepsi;
5)      Kecepatan persepsi, dan sebagainya.
·         Dimensi psikomotor
Dimensi psikomotor ini mencakup enam faktor, yaitu faktor :
1)      Kekuatan;
2)      Impuls;Kecepatan gerak;
3)      Ketelitian, yang terdiri atas dua macam, yaitu:
§  Faktor kecepatan statis, yang menitikberatkan pada posisi,
§  Faktor ketepatan dinamis, yang menitikberatkan pada gerakan,
4)      Koordinasi; dan
5)      Keluwesan (flexibility)
·         Dimensi intelektual
Dimensi inilah yang umunya mendapat sorotan luas, karena memang dimensi inilah yang mempunyai implikasi sangat luas. Dimensi ini meliputi lima faktor, yaitu:
1)      Faktor ingatan, yang mencakup faktor ingatan yaitu mengenai:
§  Substansi
§  Relasi, dan
§  Sistem
2)      Faktor pengenalan, mengenai pengenalan terhadap:
§  Keseluruhan informasi,
§  Golongan (kelas),
§  Hubungan-hubungan,
§  Bentuk atau struktur, dan
§  Kesimpulan
3)      Faktor evaluatif, yang meliputi evaluasi mengenai:
§  Identitas,
§  Relasi-relasi
§  Sistem, dan Penting tidaknya problem (kepekaan terhadap problem yang dihadapi).
4)      Faktor berpikir konvergen, yang meliputi faktor untuk menghasilkan:
§  Nama
§  Hubungan-hubungan,
§  Sistem-sistem,
§  Transformasi, dan
§  Implikasi-implikasi yang unik.
5)      Faktor berpikir divergen, yang meliputi faktor:
§  Untuk menghasilkan unit-unit, seperti: word fluency, ideational fluency,
§  Untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan,
§  Kelancaran dalam menghasilkan hubungan-hubungan,
§  Untuk menghasilkan sistem, seperti: expressional fluency,
§  Untuk transformasi divergen, dan
§  Untuk menyusun bagian-bagian menjadi garis besar atau kerangka.
Dari ilustrasi di atas menunjukkan betapa rumitnya kualitas manusia yang disebut bakat.
Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang. Kapasitas sering digunakan sebagai sinonim untuk “kemampuan” dan biasanya diartikan sebagai kemampuan yang dapat dikembangkan sepenuhnya di masa mendatang apabila latihan dilakukan secara optimal. Dalam praktek, kapasitas seseorang jarang tercapai. Insting umumnya terdapat pada hewan, di mana dengan insting itu hewan dapat melakukan sesuatu tanpa latihan sebelumnya.
Jadi, bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relatif bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus). Bakat khusus disebut juga talent. (Conny Semiawan, dkk., 1987:2)
Pengertian bakat khusus atau talent di sini dimaksudkan seseorang yang mempunyai kemampuan bawaan untuk bidang tertentu, misalnya bakat menggambar, sebagaimana dikemukakan oleh Webster (1957:1486), sebagai berikut:
“talent implies a native abilityfor a spesific pursuit and cannotes other that it is or can be cultivated by the one possessing it (a talent for drawing)”.
1.      Jenis-jenis Bakat Khusus
Setiap orang mempunyai bakat-bakat tertentu, masing-masing dalam bidang dan derajat yang berbeda-beda. Usaha pengenalan bakat mula-mula terjadi pada bidang pekerjaan, tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Dalam prakteknya hampir semua ahli yang menyusun tes untuk mengungkap bakat bertolak dari dasar pikiran analisis faktor, seperti yang dikemukakan oleh Guilford. Menurut Guilford, seriap aktivitas diperlukan berfungsinya faktor-faktor tersebut
Pemberian nama terhadap jenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasar atas bidang apa bakat tersebut berfungsi, seperti bakat matematika, bakat bahasa, bakat olah raga, bakat seni, bakat musik, bakat klerikal, bakat guru, bakat dokter dan sebagainya. Dengan demikian, maka macam bakat akan sangat tergantung pada konteks kebudayaan dimana seseorang individu hidup dan dibesarkan. Mungkin penamaan itu bersangkutan dengan bidang studi, mungkin pula dalam bidang kerja.
2.      Kaitan antara Bakat dan Prestasi
Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud. Misalnya, seseorang mempunyai bakat menggambar, jika ia tidak pernah diberi kesempatan untuk mengembangkan, mka bakat tersebut tidak akan tampak. Jika orang tuanya menyadari bahwa ia mempunyai bakat menggambar dan mengusahakan agar ia mendapat pengalaman yang sebaik-baiknya untuk mengembangkan bakatnya, dan anak itu juga menunjukkan minat yang besar untuk mengikuti pendidikan menggambar, maka ia akan dapat mencapai prestasi yang unggul bahkan dapat menjadi pelukis terkenal. Sebaliknya, seorang anak yang mendapat pendidikan menggambar dengan baik, namun tidak memiliki bakat menggambar, maka tidak akan pernah mencapai prestasi unggul untuk bidang tersebut. Dalam kehidupan di sekolah sering tampak bahwa seseorang yang bakat dalam olah raga, umumnya prestasi mata pelajaran lainnya juga baik, tetapi sebaliknya dapat terjadi prestasi semua pelajarannya tidak baik. Keunggulan dalam salah satu bidang apakah bidang sastra, matematika atau seni, merupakan hasil interaksi dari bakat yang dibawa sejak lahir dan faktor lingkungan yang menunjang, termasuk minat dan dorongan pribadi.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Bakat Khusus
Kita hendaknya dapat membedakan antara anak berbakat yang sudah berhasil mewujudkan potensinya dalam prestasi yang unggul.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus atau seseorang tidak dapat mewujudkan bakat-bakatnya secara optimal :
a.       Anak itu sendiri.
Anak itu tidak atau kurang berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki.
b.      Lingkungan anak
Orang tuanya kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan.
4.      Perbedaan Individu dalam Bakat Khusus
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat-bakat tertentu. Dua anak bisa sama-sama mempunyai bakat melukis, tetapi yang satu lebih menonjol daripada yang lain bahkan saudara sekandung dalam satu keluarga bisa mempunyai bakat yang berbeda-beda. Setiap anak mempunyai bakat-bakat tertentu, hanya berbeda dalam jenis dan derajatnya.
Anak berbakat ialah mereka yang mempunyai bakat-bakat dalam derajat tinggi dan bakat-bakat yang unggul. Anak yang berbakat intelektual umum, mempunyai taraf intelegensi yang tinggi dan menunjukkan prestasi sekolah yang menonjol. Adapula yang mempunyai bakat akademis khusus, misal dalam mata pelajaran matematika, sedangkan dalam mata pelajaran lainnya belum tentu menonjol. Adapula yang anak yang bakatnya dalam bidang olahraga, atau dalam salah satu bidang seni seperti melukis atau musik. Jelaslah, bahwa masalah bakat dapat meliputi macam-macam bidang, termasuk misalnya bakat musik atau melukis.
5.      Upaya Pengembangan Bakat Khusus Remaja dan Implikasi-Implikasi dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Sampai sekarang boleh dikatakan belum ada tes bakat yang cukup luas daerah pemakaiannya, seperti :
a.       FACT (Flanagen Aptitude Clasification Test), yang disusun oleh Flanagen
b.      DAT (Differential and Aptitude Test), yang disusun oleh Binnet
c.       M-Ttest (Mathematical and Technical Test), yang disusun oleh Luningprak
Tes tersebut masih sangat terbatas karena tes bakat sangat terikat kepada konteks kebudayaan dimana tes itu disusun, sedang macam-macam bakat juga terikat kepada konteks kebudayaan di mana klasifikasi bakat itu dibuat.
Yang harus diukur oleh alat identifikasi adalah baik potensi maupun bakat yang sudah terwujud dalam prestasi yang tinggi. Alat ukur yang dipakai tentu saja tergantung pada macam bakat yang dicari. Bakat anak dapat dikenali dengan observasi terhadap apa yang selalu dikerjakan anak, kesungguhan bakat anak bermanfaaat bagi orang tua agar mereka dapat memahami dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak. Orang tua dapat menyediakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan bakat anak dan juga dapat membantu anak memahami dirinya agar tidak terlihat bakat sebagai suatu beban tetapi sebagai suatu anugerah yang harus dihargai dan dikembangkan. Sekolah mengirim daftar kepada orang tua dengan penjelasan bahwa sekolah perlu mengetahui sifat siswa. Misal, keterangan tentang butir-butir berikut :
a.       Hobi dan minat-minat anak yang khusus
b.      Jenis buku yang disenangi
c.       Masalah dan kebutuhan khusus
d.      Prestasi unggul yang pernah dicapai
e.       Pengalaman-pengalaman khusus
f.       Kegiatan kelompok yang disenangi
C.   Kecerdasan Peserta Didik
Pada mulanya hanya dikenal satu macam kecerdasan yang sekarang ini popular dengan sebutan intelektual. Dewasa ini telah diketahui bahwa kecerdasan manusia bukan hanya satu macam, melainkan bermacam-macam. Tokoh yang telah mengidentifikasi bermacam-macam kecerdasan yang dimiliki oleh manusia adalah seorang psikolog dari Amerika, Dr. Howard Gardner (DePorter dan Hernacki, 2007: 30).  Apa yang dikemukakan oleh Gardner selanjutnya dikenal sebagai teori kecerdasan majemuk. Menurut Gardner kecerdasan manusia terdiri dari 8 macam sebagai berikut. 
1.      Kecerdasan Linguistik (Lingustic Intellegence)
Kecerdasan linguistic merupakan kemampuan berpikir dalam bentuk kata – kata dan penggunaan bahasa untuk mengekspresikan dan memberi makna yang kompleks. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi (bunyi bahasa), semantik (makna bahasa), dimensi pragmatik (penggunaan praktis bahasa). Penggunaan bahasa mencakup aspek retorika (penggunaan bahasa untuk memengaruhi orang lain untuk melakukan tindakan tertentu), mnemonik (penggunaan bahasa untuk mengingat informasi), eksplanasi (penggunaan bahasa untuk memberi informasi), dan metabahasa (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri). Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh pendongeng orator, politisi, pembawa acara, pembicara publik, penceramah, sastrawan, wartawan, editor, penulis skenario, dan sebagainya.
2.      Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan logika matematika merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematika.  Kecerdasan matamatika biasanya dimiliki oleh para ilmuwan, ahli matematika, akuntan, insinyur, dan pemograman komputer.
3.      Kecerdasan Spasial
Kecerdasan Spasial adalah kemampuan membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga dimensi seperti yang dilakukan pelaut, pilot, pemahat, pelukis, dan arsitek. Kecerdasan spasial, berhubungan dengan bentuk, lokasi dan membayangkan hubungan di antaranya. Orang-orang ini biasanya menyukai perancangan dan bangunan, disamping itu orang-orang dengan kecerdasan spatial pintar membaca peta, diagram dan bagan.
Ciri-ciri lain dari kecerdasan spatial ini adalah : cepat menangkap bentuk dari gambar abstrak, suka berimajinasi yang melampaui teman sebayanya, pandai menggambar, lebih mudah belajar dengan gambar daripada teks, suka kegiatan seni grafis, lukis, seni patung dan desain, dapat membuat konstruksi tiga dimensi yang menarik, suka mengerjakan puzzle, labirin, atau kegiatan visual sejenis lain. membuat corat-coret di buku kerja, kertas, atau bahan-bahan lain dan bisa memahami gambar dilihat dari sudut pandang yang berbeda (misal; tampak atas, tampak samping, tampak depan, dll)
4.      Kecerdasan Kinestetis – Jasmani
Kecerdasan kinestetis – jasmani adalah keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan dan menggunakan tangan untuk mencitakan atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi keseimbangan, ketrampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan dan hal-hal yang berkaitan dengan sentuhan. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh perajin, mekanik, dokter bedah, pematung, atlet, aktor, penari, dan sebagainya.
5.      Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal adalah kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal, dengan cara mempersepsi, membedakan, menggubah, dan mengekspresikan. Kecerdasan ini meliputi kepekaan para irama, pola titinada atau melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh: pemain musik, penyanyi, komposer, pembuat efek, penari, dan sebagainya.
6.      Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat; kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal; dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh: politisi, marketer, pekerja sosial, psikolog, pewawancara, anak-gaul, dan sebagainya.
7.      Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri); kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh penulis, spiritualis, psikolog, ilmuwan, dan sebagainya.
8.      Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalus adalah kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan dan menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi lingkungan.
Selain kedelapan jenis kecerdasan diatas, ternyata masih ada bentuk kecerdasan lain, yaitu Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan untuk menikmati pemikiran-pemikiran dan ingin tahu mengenai kehidupan, kematian dan realita yang ada. Anak-anak dengan tingkat kecerdasan eksistensial yang tinggi mungkin akan menunjukkan keingintahuan mengenai bagaimana bumi bertahun-tahun yang lalu, mengapa kita ada di bumi, apakah ada kehidupan di planet lain, kemana mahluk hidup setelah mati, apakah ada dimensi kehiduapn lain dan berbagai pertanyaan sejenis.