Azhar, Zahra, Zalfa and Jihan

Azhar, Zahra, Zalfa and Jihan

Pesan

hanya dengan berusaha dan keyakinan dalam hati ..semua yang kita impikan akan terwujud ..percayalah!!

Tuesday, March 30, 2010

Perkembangan Kognitif dan Bahasa

A. Teori Perkembangan Kognitif
Secara sederhana Seifert dan Hoffnung mendefinisikan perkembangan sebagai “long term change in a persons growth, feeling, patterns of thinking, social relationships, and motor skills”. Sementara itu Chaplin mengartikan perkembangan sebagai perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, mulai dari lahir sampai mati. Menurut Reni Akbar Hawadi, perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru.
Menurut F.J. Monks, pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk kepada sifat yang tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, beradasarkan pertumbuhan, pematanagn dan belajar.
Santrock menjelaskan pengertian perkembangan sebagai berikut : ”development is the pattern of change that begin at conception and continous throught the life span. Most development involves growth, although it includes decay (as in death and dying). The pattern of movement is complex because it is product of several processes-biological, cognitive, and socio motional.”
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.

2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a. Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
b. Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
c. Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
d. Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e. Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
f. Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Masalah perkembangan kognitif
Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. seperti yang dikatakan Van den den Daele (Hurlock : 2 ) bahwa perkembangan adalah perubahan secara kualitatif. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktu dan fungsi yang kompleks.
Perkembangan juga diartikan sebagai ”peruibahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”, Perkembangan dapat diartikan ” suatu proses perubahan pada diri individu atau organisme, baaik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis progresif, dan berkesinambungan”,(Syamsu Yusuf : 83 ). Dan semua para ahli sependapat bahwa yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, naqmun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki. (Ani Cahyadi, Mubin, 2006 : 21-22).
Hubungannya dengan intelektual anak bahwa inteligensi anak bahwa ineligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatui fiksi ilmiah untuk mendeskripsiskan prilaku induvidu yang berkaitan dengan kemampuan intelektualnya. Dalam mengartikan inteligensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam. Diantaranya menurut C.P. Chaplin (1975) mengartikan inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif (Syamsu Yusuf : 106).
Maka yang menjadi rumusan masalah di dalam makalah ini adalah bagaimana proses perkembangan intelelektual anak hubungannya inteligensinya di dalam proses pendidikan.

Upaya Pengembangan kognitif

• Jangka Pendek : membantu anak jalanan usia remaja awal mengembangkan dirinya.
• Jangka panjang : meningkatkan kecerdasan emosional, sehingga anak jalanan dapat memecahkan masalah secara mandiri, dan dapat berkomunikasi dengan orang lain secara lebih baik.
Dengan serangkaian program pengembangan diri yang diberikan, anak jalanan dapat meningkat kecerdasan emosionalnya dan hidup mandiri, normal, hidup secara wajar dengan meminimalisir hambatan personal, sosial, dan psikologis.
Bagi Siswa :
• Meningkatkan kondisi emosional psikologis dan kondisi psikososial anak jalanan kedalam kondisi yang lebih sehat
• Meningkatkan kemampuan serta ketahanan anak jalanan dalam memecahkan masalah-masalah psikososial yang dihadapi dalam berhadapan dengan orang lain.
• Anak jalanan lebih dapat diterima masyarakat karena sikapnya yang telah berubah menjadi lebih baik.
• Anak jalanan mampu mengembangkan kepribadian dan potensi diri yang dimilikinya

Bagi Pemerintah
• Ikut memberikan sumbangsih moril demi perkembangan generasi penerus bangsa secara optimal.
Sasaran kegiatan ini adalah para anak jalanan usia remaja awal kota Malang. Dimana sebagian besar dari mereka tidak memiliki pengetahuan berkomunikasi secara baik dan membaca emosi orang lain. Usia remaja awal adalah masa seorang anak mulai mencoba berhubungan dengan orang lain terutama tema sebaya. Mereka memerlukan bantuan untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Kurangnya perhatian antara orang tua dengan anak, dan minimnya pendidikan yang didapat seringkali membuat anak tidak mengetahui cara berhu bungan baik dengan lingkungan dan mengatasi problem pribadi secara mandiri, sehingga sering masalah yang dialami diselesaikan dengan cara yang keliru. Selain itu mereka juga dituntut untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan baru yang memprihatinkan. Dalam kegiatan ini tim PKMM bekerjasama dengan salah satu rumah singgah yang terdapat di tengah-tengah kota Malang yang bernama Rumah Singgah Flamboyan untuk menghubungakn tim PKMM dengan anak-anak jalanan remaja.

B. Teori Perkembangan Bahasa
1. Pengertian/ Makna Bahasa
Bahasa adalah sebuah bentuk komunikasi.Ada tiga faktor paling signifikan yang mempengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu biologis, kognitif dan lingkungan.Faktor biologis adalah salah satu landasan perkembangan bahasa untuk membentuk manusia menjadi seorang manusia linguistik.Setiap anak mempunyai language acquisition device (LAD), yaitu kemampuan alamiah anak untuk berbahasa.Tahun-tahun awal masa anak-anak merupakan periode yang penting untuk belajar bahasa.Faktor kognitif individu merupakan satu hal yang tidak bisa dipisahkan pada perkembangan bahasa anak.Para ahli kognitif juga menegaskan bahwa kemampuan anak berbahasatergantung pada kematangan kognitifnya.
Secara umum semua bahasa mengikuti aturan dibawah ini, yaitu:
a. Fonologi. Bagaimana seseorang memperoleh fasilitas kemampuan memahami bunyi kata dan intonasi merupakan sejarah perkembangan fonologi.
b. Morfologi. Merupakan aturan untuk mengombinasikan morfem.Morfem adalah suatu rangkaian suara yang merupakan kesatuan dari bahasa terkecil.Aturan yang mengatur morfem memastikan bahwa serangkaian suara tertentu terjadi dalam urutan tertentu dan sesuai dengan aturan lainnya.
c. Sintaksis. aturan-aturan yang mengatur bagaimana kata-kata disusun ke dalam kalimat yang dipahami dan dapat diterima.
d. Semantik. Merupakan makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsep yang diekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata.
e. Pragmatik. Berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang lain. Di dalamnya meliputi bagaimana mengambil kesempatan yang tepat, mencari dan menetapkan topik yang relevan, mengusahakan agar benar-benar komunikatif, bagaimana menggunakan bahasa tubuh (gesture), intonasi suara, dan menjaga konteks agar pesan-pesan verbal yang disampaikan dapat dimaknai dengan tepat oleh penerimanya. Pragmatik juga mencakup di dalamnya pengetahuan sosiolinguistik, yaitu bagaimana suatu bahasa harus diucapkan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Agar dapat berkomunikasi dengan berhasil, seseorang harus memahami dan menerapkan cara-cara interaksi dan komunikasi yang dapat diterima oleh masyarakat tertentu, seperti ucapan selamat datang dan selamat tinggal serta cara mengucapkannya. Selain itu, seseorang juga harus memperhatikan tata krama berkomunikasi berdasarkan hirarki umur atau status sosial yang masih dijunjung tinggi dalam suatu masyarakat tertentu.Pada anak, pragmatik dilakuakan ketika mereka belajar membedakanmana bahasa yang sopan dan kasar serta ketika mereka belajar menceritakan sebuah lelucon menjadi terdengar lucu.

2. Teori-teori Yang Berhubungan Dengan Bahasa
• Teori bahasa membicarakan bahasa formal (formal language), terutama untuk kepentingan perancangan kompilator (compiler) dan pemroses naskah (text processor).
• Bahasa formal adalah kumpulan kalimat. Semua kalimat dalam sebuah bahasa dibangkitkan oleh sebuah tata bahasa (grammar) yang sama.
• Sebuah bahasa formal bisa dibangkitkan oleh dua atau lebih tata bahasa berbeda.
• Dikatakan bahasa formal karena grammar diciptakan mendahului pembangkitan setiap kalimatnya.
• Bahasa Natural/manusia bersifat sebaliknya; grammar diciptakan untuk meresmikan kata-kata yang hidup di masyarakat. Dalam pembicaraan selanjutnya ‘bahasa formal’ akan disebut ‘bahasa’ saja.
• Otomata adalah mesin abstrak yang dapat mengenali (recognize), menerima (accept), atau membangkitkan (generate) sebuah kalimat dalam bahasa tertentu.

3. Ciri-ciri Perkembangan Aspek Bahasa
Bahasa memiliki ciri-ciri umum yang menggambarkan hakikat, komunikasi, sarana dan sistematika:
a. Bahasa mempunyai aturan atau pola terdiri dari sistem bunyi dan makna.
b. Bahasa itu manasuka (arbitrer), dipilih secara acak tanpa alasan atau manasuka. Tidak ada hubungan logis dengan kata-kata sebagai symbol.
c. Bahasa itu ucapan/vocal, media bahasa yang terpenting adalah dengan bunyi-bunyi.
d. Bahasa itu simbol, simbol dari perasaan, keinginan dan harapan. Bahasa itu simbol kehidupan manusia, simbol manusia itu sendiri.
e. Bahasa mengacu pada diri sendiri, bahwa bahasa itu mampu digunakan menganalisa bahasa itu sendiri.
f. Bahasa itu manusiawi, bahasa itu adalah kekayaan yang dimiliki oleh manusia. Hanya manusia satu-satunya makhluk yang mempunyai kemampuan berbahasa.
g. Bahasa itu komunikasi, bahasa itu alat kamunikasi dan interaksi antar manusia dan menjadi pelekat dalalm menyatupadukan keluarga, masyarakat dan berbagai kegiatan sosialisasi.
4. Masalah-masalah Yang Berhubungan Dengan Bahasa
Indicator perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa dapat diidentifikasikan dengan beberapa indakotrnya antara lain dengan jumlah perbendaharaan kata (vocabulary), jenis, struktur, dab bentuk kalimat, isi yang dikandungnya; gambar atau lukisan, bentuk gerakan-gerakan tertentu yang bersifat ekspresif. Dengan menggunakan beberapa indicator tersebut maka dapatlah dideskripsikan perkembangan bahasa pada manusia itu, sebagai berikut.
a) Pada masa bulan pertama dan masa bayi individu berinrekasi dan berkomunikasi dengan lingkungannya secara spontan dan instinktif secara positif (menerima, meraih, atau mendapat benda-benda atau suara yang menyenangkan, misalnya botol susu hangat, belaian suara ibu, dan sebagainya) atau gerakan negative (menolak benda yang dingin, dan sebagainya); bahasa mimik (senyuman dan tawa); bahasa emosional ekspresif (menangis kalau lapar, kedinginan, mendengar suara keras, meraba, dan sebagainya);
b) Pada masa enam bula kedua dari masa bayi, bahasa sensorimotorik tersebut berangsur berkurang, sedangkan bahasa merabanya semakin terarah dan berbentuk dengan dapatnya meniru kata-kata tertentu yang diuvapkna orang disekitarnya (meskipun mungkin ia sudah dapat membuat kalimat satu kata, misalnya mama, mamam (kalau ia merasa lapar atau melihat botol susu atau melihat makanan,dan sebagainya);
c) Pada masa kanak-kanak, individu sudah mengenal dan mengetahui sejumlah perbendaharaan kata-kata (vocabulary); usia sekitar 3-4 tahun perbendaharaannya sekitar 300 dan pada usia sekitar 6-7 tahun mencapai 2500 kata dan bahkan dapat diduga lebih dari jumlah tersebut (Lefrancois, 1975:186;crow & crow, 1956:65);
d) Pada masa anak sekolah, dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berklomunikasi dengan orang lain, maka pada periode 6-8 tahun ia dengan senang hati sekali membaca atau mendengar dongeng fantasi; usia sekitar 10-12 tahun gemar cerita yang bersifat kritis (tentang perjalanan, riwayat para pahlawan,dan sebagainya);
e) Pada masa remaja awal mereka senang bahasa sandi, atau bahasa rahassia yang berlaku pada gangnya sehingga banyak menimbulkan kepenasaran (curiousity) pihak luar mereka untuk berusaha memahaminya; perhatiannya kearah mempelajari bahasa asing mulai berkembang.

5. Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk Perkembangan Bahasa
Perkembangan Bahasa
Kemampuan berbahasalah yang membedakan manusia dengan hewan. Dengan berbahasalah manusia:
1) Mengkodifikasikan, mencatat, dan menyimpan berbagai hasil pengalaman pengamatan (observasi)-nya berupa kesan dan tanggapan (persepsi), informasi, fakta, dan data, konsep atau pengertian (concept and ideas), dalil atau kaidah atau hokum (principles) sampai kepada bentuk ilmu pengetahuan (body of knowledge) dan system-sistem nilai (value systems);
2) Mentransformasikan dan mengolah berbagai bentuk informasi tersebut di atas melalui proses berpikir dan dengan mempergunakan kaidah-aidah logika (diferensiasi, asosiasi, proporsi, atau komparasi, kausalitas, prediksi, koklusi, generalisasi, interpretasi dan inferensi) dalam mencari, mengkreasikan dan menemukan hal-hal baru;
3) Mengkoordinasikan dan mengekspresikan cita-cita, sikap, penilaian, dan penghayatan (etis, estetis ekonomis, social, politik, religious, dan cultural);
4) Mengkomunikasikan (menyimpan dan menerima)berbagai informasi, buah pikiran, opini, sikap, penilaian, aspirasi, kehendak, dan renacana kepada orang lain.
Bahasa termasuk dapat berbentuk lisan atau tullisan dengan mempergunakan tanda (coding), huruf (alphabetic), bilangan (numerial atau digital), bunyi, sinar, atau cahaya yang dapat merupakan kata-kata (words) atau kalimat (sentences). Mungkin pula berbentuk gambar atau lukisan (drawing, picture), grak-gerik (gestures) dan mimic serta bentuk-bentuk symbol ekspresif lainnya.
Proses perkembangan bahasa
Para ahli sependapat bahwa pembentukan bahasa pada anak-anak sangat dipengaruhioleh fakotr-faktor latihan dan motivasi (kemauan) untuk belajar dengan melalui proses conditioning dan reinforcement (lefrancois,1975). Misi dan jenis bahasa yang dipelajari manusia itu berbeda-beda, namun terdapat pola urutan perkembangan yang bersifat universal dalam proses perkembangan bahasa itu ialah mulai dengan meraba, lalu bicara menolong (pada dirinya atau benda mainannya), haus nama-nama, kemudian gemar bertanya (apa, mengapa, bagaimana dan sebagainya) yang tidak selalu harus dijawab; membuat kalimat sederhana (satu, dua, atau tiga kata), bahasa ekspresif (dengan belajar menulis, membaca dan menggambar permulaan).

No comments:

Post a Comment